BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam
kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata-kata berfikir logis, alasannya
tidak logis, argumentasinya logis, kabar itu tidak logis. Logis adalah hal-hal
yang masuk akal, sedangkan tidak logis itu kebalikannya yaitu tidak masuk akal.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan
rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Dengan rasa ingin
tahunya manusia berusaha mendapatkan
pengetahuan yang benar.
Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk memenuhi kebutuhan dan kelangsungan
hidupnya. Manusia memikirkan hal-hal
yang baru, menjelajah ufuk baru, karena
manusia hidup bukan sekedar untuk hidup, namun lebih dari itu yang menyebabkan
manusia mengembangkan pengetahuannya dan pengetahuan ini jugalah yang mendorong
manusia menjadi makhluk yang khas dimuka bumi ini.
Dalam
mempelajari ilmu pengetahuan, secara tidak langsung manusia akan menemukan
logika di dalamnya, karena logika membahas ilmu pengetahuan yang mempelajari
aturan-aturan dan cara berfikir yang dapat menyampaikan manusia kepada
kebenaran. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai
logika baik pengertiaannya dari sisi ilmu pengetahuan, objek yang dipelajari,
hubungan antara logika dan ilmu pengetahuan, serta pentingnya mempelajari logika
sebagai ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah
pengertian logika dan bagaimana sejarah singkatnya?
2. Apa jenis-jenis logika?
3. Apakah pengertian ilmu dan bagaimana
sejarah singkatnya?
4. Apa jenis-jenis ilmu?
5. Apakah pengertian logika sebagai
instrumen ilmu pengetahuan?
6. Objek apakah yang dipelajari oleh
logika sebagai instrumen ilmu pengetahuan?
7. Apakah peran penting logika sebagai
instrumen ilmu pengetahuan khususnya bagi
mahasiswa PGSD?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian dan Sejarah Singkat
Logika
Secara etimologis, logika adalah istilah yang
dibentuk dari kata logikos yang
berasal dari kata benda logos. Kata
logos berarti: sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal (fikiran),
kata, atau ungkapan lewat bahasa. Kata logikos
berarti mengenai sesuatu yang diutarakan, mengenai suatu pertimbangan akal,
mengenai kata, mengenai percakapan atau yang berkenaan dengan ungkapan lewat
bahasa. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa logika adalah suatu
pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam
bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut logike
episteme atau dalam bahasa latin disebut logica scientia yang berarti ilmu logika, namun sekarang lazim
disebut dengan logika saja.
Definisi umumnya logika adalah cabang
filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus juga
sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar
filsafat dan sarana ilmu, logika merupakan “jembatan penghubung” antara
filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan teori tentang
penyimpulan yang sah yang artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut
sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti dituntut
kebenaran bentuk sesuai dengan isi.
Kata ‘Logika’ rupa-rupanya dipergunakan
pertama kali oleh Zeno dari Citium. Kaum Sofis, Socrates, dan Plato harus
dicatat sebagai perintis lahirnya logika. Logika lahir sebagai ilmu atas jasa
Aristoteles, Theoprostus, dan kaum Stoa. Aristoteles meninggalkan enam buah
buku yang oleh murid-muridnya diberi nama Organon. Buku tersebut adalah Categoriae (mengenai
pengertian-pengertian), De Interpretatie (mengenai
keputusan-keputusan), Analitica Priora (tentang
silogisme), Analitica Posteria (
mengenai pembuktian), Topika (mengena
berdebat) dan De Sophitis Elenchis (mengenai
kesalahan-kesalahan berpikir). Theoprostus mengembangkan logika Aristoteles
ini, sedangkan Kaum Stoa mengajukan bentuk-bentuk berpikir yang sistematis.
Buku-buku inilah yang menjadi dasar Logika Tradisional.
Pada masa penerjemahan ilmu-ilmu Yunani
ke dalam dunia Arab yang dimulai pada abad II Hijriah Logika merupakan bagian
yang amat menarik minat kaum Muslimin.
Selanjutnya Logika dipelajari secara meriah dalam kalangan luas, menimbulkan
berbagai pendapat dalam hubungannya dengan masalah agama. Ibnu Salih dan Imam
Nawawi menghukumi haram mempelajari Mantiq sampai mendalam. Al-Gazali
menganjurkan dan menganggap baik, sedangkan menurut Jumhur Ulama memperbolehkan
bagi orang-orang yang cukup akalnya dan kokoh imannya.
Pada abad XIII sampai dengan abad XV
tampilah Petrus Hispanus, Roger Beacon, Raymundus Lullus dan Wilhelm Orcham
mengetengahkan Logika yang berbeda sekali dengan metode Aristoteles yang
kemudian kita kenal dengan Logika Modern. Raymundus Lullus mengemukakan metode
baru logika yang disebut Ars Magna, semacam aljabar pengertian dengan maksud
membuktikan kebenaran-kebenaran tertinggi.
Penemuan-penemuan baru pada abad XVII dan
XVIII ketika Francis Bacon mengembangkan metode induktif, ia menyusun buku
Novum Organum Scientiarum. W. Leibnitz menyusun logika aljabar untuk membuat
sederhana pekerjaan akal serta memberi
kepastian. Emanuel Kant menemukan Logika Transendental ( Logika yang
menyelidiki bentuk-bentuk pemikiran yang mengatasi batas pengalaman).
Pada abad XIX Logika dipandang sebagai
sekedar peristiwa psikologis dan metodis seperti yang diajarkan oleh W. Wund,
J. Dewey dan M. Baldwin
B. Jenis-jenis
Logika
Dilihat
secara historis terdapat dua macam logika yaitu logika naturalis dan loika
artifisial (buatan) :
1. Logika Naturalis
Sejak manusia melakukan kegiatan
berfikir, ketika itulah ia telah mempraktikkan aturan-aturan berfikir, meskipun
sama sekali tidak disadarinya. Jadi
sejak manusia itu ada, sejak itu pula ia telah berlogika. Namun kemampuan
berlogika di sini hanya merupakan bawaan kodrat manusia semata-mata.
2. Logika Artifisial
Lahirnya logika artifisial paling tidak
didorong oleh dua hal yakni:
a.
Kemampuan
berlogika secara alamiah terasa sangat terbatas;
b.
Permasalahan
yang dihadapi umat manusia makin hari makin kompleks.
Logika
artifisial dilihat dari segi bentuk dan isi dibagi lagi menjadi dua bagian
yaitu logika material atau logika mayor, dan logika formal atau juga disebut
logika minor. Logika material sebagaimana dikemukakan Gie (dalam Karomani,
2009) yaitu logika yang membicarakan materi-materi atau realitas yang
berhubungan dengan pikiran. Logika meterial membicarakan persesuaian antara
pikiran dengan objek yang dipikirkan. Logika ini disebut juga dengan istilah epistemology. Sedangkan logika
formal adalah logika yang mempelajari bentuk berpikir. Bentuk berpikir yaitu
aturan-aturan dan metode-metode atau prinsip-prinsip yang digunakan oleh
seseorang untuk mampu berpikir tepat. Jadi sebagaimana dikekemukakan Chruch
(dakam Karomani,2009) logika formal menyelidiki struktur proporsi-proporsi
terkait dengan penalaran deduktif, dan kajiannya hanya menelaah bentuk logsnya
saja.
Logika formal terbagi lagi
menjadi dua jenis yaitu logika tradisional, dan logika modern. Logika
tradisional mempelajari asas dan aturan penyimpulan yang sah menurut bentuk
penalaran saja. Apa yang disimpulkan atau isi dari perbincangan tidak berperan
menentukan sah atau tidaknya kesimpulan yang diturunkan. Adapun yang dimaksud
dengan logika modern yaitu merupakan bentuk-bentuk logika formal, tetapi daya
keformalannya lebih besar, karena lingkup yang dijangkau jauh melampaui logika
tradisional yang masih terikat pada penggunaan bahasa yang amat terbatas dalam
penyampaian pengertian-pengertian yang objektif.
Adapun Logika menurut The Liang Gie (1980) terbagi menjadi lima
bagian:
1.
Logika Makna Luas dan Logika
Makna Sempit
Dalam arti sempit istilah tersebut
dipakai searti dengan deduktif atau logika formal. Sedangkan dalam arti yang
lebih luas pemakaiannya mencakup kesimpulan-kesimpulan dari berbagai bukti dan
tentang bagaimana sistem penjelasan di susun dalam ilmu alam serta meliputi
pula pembahasan mengenai logika itu sendiri.
2.
Logika Deduktif dan Induktif
Logika deduktif adalah suatu ragam logika
yang mempelajari asas-asas pelajaran yang bersifat deduktif, yakni suatu
penalaran yang menurunkan suatu kesimpulan sebagai kemestian dari pangkal
pikirnya sehingga bersifat betul menurut bentuknya saja. Logika induktif
merupakan suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang betul dari
sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi.
3.
Logika Formal dan Material
Logika formal adalah mempelajari asas
aturan atau hukum-hukum berfikir yang harus ditaati agar orang dapat berfikir
dengan benar mencapai kebenaran. Logika material mempelajari langsung pekerjaan
akal serta menilai hasil-hasil logika formal dan mengujinya dengan kenyataan
praktis sesungguhnya. Logika material mempelajari sumber-sumber dan asalnya
pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan dan akhirnya merumuskan metode ilmu
pengetahuan itu. Dan sekarang, logika formal adalah ilmu yang mengandung
kumpulan kaidah cara berfikir untuk mencapai kebenaran.
4.
Logika Murni dan Terapan
Logika murni adalah merupakan suatu
pengetahuan mengenai asas dan aturan logika yang berlaku umum pada semua segi
dan bagian dari pernyataan-pernyataan dengan tanpa mempersoalkan arti khusus
dalam suatu cabang ilmu dari sitilah yang dipakai dalam pernyataan dimaksud.
Logika terapan adalah pengetahuan logika yang diterapkan dalam setiap cabang
ilmu bidang-bidang filsafat dan juga dalam pembicaraan yang menggunakan bahasa
sehari-hari.
5.
Logika Falsafati dan Matematik
Logika falsafati dapat digolongkan
sebagai suatu ragam atau bagian logika yang masih berhubungan sangat erat
dengan pembahasan dalam bidang filsafat, seperti logika kewajiban dengan etika
atau logika arti dengan metafisika. Adapun logika matematik serta bentuk
lambang yang khusus dan cermat untuk menghindarkan
makna ganda atau kekaburan yang terdapat dalam bahasa biasa.
Secara penerapan logika terbagi menjadi 4 yaitu :
1.
Logika individu : adalah
anggapan seseorang atas apa yang dia lakukan.
2.
Logika sosial : adalah anggapan
perilaku seseorangyang berhubungan dingan orang lain atau menyangkut umum.
3.
Logika yang berhubungan dengan kuun
waktu: adalah anggapan yang dapat berubah sesuai dengan kemajuan zaman.
4.
Logika berdasarkan ilmu pengetahuan
: adalah suatu anggapan yang sewaktu waktu dapat berubah seiring dengan
penemuan baru dari penelitian para ahli yang lebih nyata.
C.
Pengertian Ilmu dan Sejarah Singkatnya
Ilmu adalah sesuatu yang dapat membuat seseorang untuk lebih
mengerti akan suatu hal dengan cara melalui pengajaran. Ilmu bisa diperoleh
melaui lingkungan sekitar ataupun di dalam lembaga pendidikan seperti sekolah,
akademi, universitas, ataupun lembaga bimbingan. Ilmu dibagi menjadi dua, yaitu
ilmu akademik dan ilmu non-akademik. Ilmu akademik adalah ilmu yang diajarkan
di lembaga-lembaga pendidikan seperti contoh : Matematika, IPA (Ilmu Pengetahuan
Alam), IPS (Ilmu pengetahuan Sosial), Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan
lain-lain. Sedangkan Ilmu non-akademik adalah ilmu yang diperoleh dari
aktivitas sehari-hari seperti contoh : Ilmu memasak, memperbaiki sesuatu, ilmu
cinta, serta masih banyak lagi ilmu yang tidak menggunakan teori yang lainnya.
Ilmu akan dapat membuat seseorang lebih mengetahui akan suatu hal. Dengan
adanya ilmu juga diharapkan seseorang bisa lebih cerdas dan terampil dalam
mengerjakan suatu pekerjaan yang ada.
Pada bagian ini, saya mengajak Anda selintas melihat
sejarah lahirnya Ilmu Pengetahuan. Ketika berbicara mengenai Ilmu
Pengetahuan, maka kita merujuk pada Ilmu Pengetahuan Barat, bukan Timur
semisal Tiongkok, karena memiliki karakteristik berbeda. Ilmu
Pengetahuan Barat inilah, misalnya Ilmu Kedokteran Barat (dan bukan
Kedokteran Timur) yang saat ini diakui dunia ilmiah.
Dan ketika berbicara tentang Ilmu Pengetahuan Barat,
maka pembahasan kita cenderung berawal dari zaman Yunani Kuno,
ketika sejumlah kisah mitos lahir memenuhi keingintahuan manusia. Awalnya
adalah gerakan budaya. Bangunan, lukisan, dan karya-karya seni Yunani
dihadirkan kembali; rindu pada Zaman Yunani dulu. Namun, belakangan, bukan
semata karya seni, melainkan juga kebebasan dan keliaran berpikir para Filsuf
Yunani Kuno pun didamba oleh mereka. Ilmu Pengetahuan Modern mulai
mencari dan mendapatkan bentuknya. Abad Pencerahan tiba, Filsafat Alam yang
terlahir lebih dahulu daripada Filsafat Sosial, maka Ilmu-ilmu Alam lahir lebih
dahulu daripada Ilmu-ilmu Sosial.
Pusat kebudayaan kini bergeser ke Wina. Sebuah kota
perdagangan yang menjadi jantung dunia pada masa itu. Dan adalah sekelompok
orang yang senang berkumpul dan berdiskusi, mencoba membedakan hadirnya “jenis
pengetahuan baru” yang berbeda dengan Mitologi, Filsafat, atau Teologi itu.
Jenis pengetahuan “baru” ini memiliki kriteria dan tata cara/metodanya sendiri,
yang kemudian disebut jalan ilmiah metoda saintifik.
D.
Jenis-jenis Ilmu
Dalam pengetahuan modern dikenal pembagian
ilmu atas kelompok ilmu aposteori dan kelompok ilmu a priori. Ilmu a posteori
adalah ilmu pengetahuan yang kita peroleh dari pengalaman inderawi seperti Ilmu
Kimia, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Kesehatan, pendeknya semua ilmu yang
bersumber pada pengalaman dan eksperimen.
Ilmu a priori adalah ilmu-ilmu yang tidak
kita peroleh dari pengalaman dan percobaan, tetapi bersumber pada akal itu
sendiri. Kebenaran ilmu ini tidak dapat ditemukan dan dikembangkan kepada data
empiris sebagaimana ilmu-ilmu a posteori, melainkan kepada akal. Semua ilmu
yang tidak tergantung kepada pengalaman dan eksperimen termasuk dalam kelompok
ini, begitu juga logika.
E.
Pengertian Logika Sebagai Instrumen Ilmu
Pengetahuan
Sebagai ilmu pengetahuan, logika disebut logike episteme, yang mempelajari
kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Dengan kata lain
Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah
berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah
berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Ilmu disini mengacu
pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan
akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan.
F.
Objek Yang Dipelajari Logika Sebagai
Instrumen Ilmu Pengetahuan
Suatu ilmu pengetahuan hanya dapat
disebut sebagai ilmu pengetahuan apabila memenuhi persyaratan yang dituntut
oleh ilmu pengetahuan secara umum. Persyaratan yang dituntut itu ialah setiap
ilmu pengetahuan harus memiliki objek formal dan objek material.
Logika sebagai instrumen ilmu
pengetahuan obyek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/ proses
penalaran). Namun, pemikiran manusia tidak dapat diamati. Oleh karena itu,
objek material ini tidak dapat dijadikan sebuah objek untuk dipelajari. Lalu,
apa sesungguhnya objek material logika itu? Objek material dari logika
sebenarnya adalah manusia itu sendiri, sedangkan objek formalnya ialah kegiatan
akal budi untuk melakukan penalaran yang lurus, tepat, dan teratur yang terlihat
lewat ungkapan pikirannya yang diwujudkan dalam bahasa.
G. Manfaat
Mempelajari Logika Sebagai Instrumen
Ilmu Pengetahuan Khususnya Bagi Guru SD
1.
Bagi
Masyarakat Umum
Dengan mengetahui dan memahami logika kita dapat berpikir dengan benar
begitu juga orang lain pun dapat memahami apa maksud dari pikiran kita. Hal ini
sebagaimana dikatakan oleh Al Farabi bahwa: “Guna logika ialah agar kita dapat
membetulkan pemikiran orang lain, atau agar orang lain dapat membenarkan
pemikiran kita, atau kita dapat membetulkan pemikiran diri kita sendiri” (A.
Hanafi, 1969:96).
Dengan demikian jelas bahwa apabila kita menguasai logika, kita bisa
menilai atau mengukur hasil
pemikiran kita dan orang lain apakah benar atau salah. Apabila benar itu yang
diharapkan dan apabila salah harus segera dan siap dibetulkan. Sebab apabila
pemikiran yang salah dibiarkan bisa menimbulkan kesalahpahaman dan mencelakakan
atau menyesatkan.
Besarnya
manfaat mempelajari ilmu logika ini dikemukakan oleh Taib Thahira Abdul Mu’in
(1995:15), yaitu:
a. Melatih jiwa manusia agar dapat memperhalus
jiwa pikirannya.
b. Mendidik akal pikiran dan mengembangkannya
yang sebaik-baiknya dengan melatih dan membiasakan mengadakan
penyelidikan-penyelidikan tentang cara berpikir”.
Dengan membiasakan latihan berpikir, manusia akan mudah dan cepat untuk mengukur
atau menilai pikirannya apakah benar atau salah, apakah mudah dipahami atau
membingungkan. Dengan demikian mempelajari ilmu ini sebagai perantara yang
merupakan suatu jembatan untuk ilmu-ilmu yang lain, juga untuk menimbang
bagaimana kebenaran ilmu-ilmu itu terutama dari sudut pandang teknik atau bentuk pemikirannya.
Manfaat mempelajari ilmu logika juga dikemukakan oleh Abdur Rohman Al
Akhdhoriy dalam kitabnya Assulamul Munauroq, yaitu:
“Maka, perlu bagimu mengkaji dan mengerti qoidah-qoidah norma-norma pokok
ilmu mantik/logika, yang
norma-norma itu menandung beberapa faidah yang penting (umpamanya mengkaji
kitab ini) yang aku berinama Assulamul Munauroq, salah satu kitab mantik
kecil tapi memadai; yang dengan kitab ini insya Alloh Ilmu Mantik yang tinggi,
meninggi langit dapat diatasi” (Cholil Bisri Mustofa, 1991:7).
Dari kutipan di atas jelas bahwa dengan
mempelajari ilmu logika kita
dapat mendapatkan ilmu yang tinggi. Ketinggian ini bisa dari segi manfaatnya
juga bisa dari segi pemahamannya. Untuk itu bagi kita terutama bagi para
pendidik atau siapa saja yang berkecimpung dalam penyampaian suatu ilmu atau
informasi kepada orang lain, mempelajari dan memahami ilmu mantik (logika)
merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
2. Bagi
Guru
-
Membantu guru untuk
berfikir secara rasional, kritis, lurus, tepat, tertib, metodis, dan koheren
khususnya saat mengajar dan mendidik siswa nanti.
-
Meningkatkan kemampuan
berfikir secara abstrak, cermat, dan objektif, sehingga guru akan bisa mengajar
dengan baik.
-
Menambah kecerdasan dan
meningkatkan kemampuan berfikir secara tajam dan mandiri, sehingga guru dapat
selalu mengembangkan wawasannya guna bisa menjadi fasilitator siswa dalam
belajar ilmu-ilmu pengetahuan.
-
Meningkatkan cinta akan
kebenaran dan menghindari kekeliruan serta kesesatan. Dengan ini guru
diharapkan akan menyampaikan ilmunya dengan sebenar-benarnya kepada siswa.
Videoslots.net Videoslots.net Videoslots.net | Vimeo
BalasHapusVideoslots.net by Videoslots.net. Videoslots.net. Videoslots.net. (3). convert youtube playlist to mp3 Vimeo. Stream Videoslots.net on Vimeo.